Sore yang sepi di kota Malang. Padahal ini hari Sabtu malam Minggu. Saat harusnya kita merasakan kegembiraan bersama pasangan. Bergandengan tangan, berpelukan atau berciuman dengan mesra.
Aku asyik menikmati segelas
kopi panas dan sepotong singkong keju di sebuah warung sederhana di pinggir
jalan. Di depanku nampak sepasang remaja tanggung sedang bercengkrama. Anjing!
Kulihat mereka seperti tak peduli pada yang lain. Seperti hanya mereka berdua
yang sedang menghuni bumi ini.
Haaa ... kog aku jadi sewot
sendiri, ya!
Kubuka Grindr.
Aku ingin tahu siapa saja gay
yang sedang ada di sini. Ada beberapa yang jaraknya dekat denganku. But,
ups ... they are not my type. Aku memang suka cowok-cowok muda, tapi bukan
cowok yang cantik. Tipikalku lelaki muda yang biasa saja. Yang tidak kelihatan
sifat gay-nya.
Dan ... hanya ada satu profil
yang menggodaku.
PIJAT TNI.
OMG. Ini TNI beneran
atau TNI abal-abal? Baiklah, daripada bertanya-tanya, aku langsung mengirimnya
pesan.
“WOW”
Gak butuh waktu lama, pesanku
berbalas.
“Hai, mas. Mau pijat?”
“Iya. badanku pegel semua
nih. Maaf, tarif berapa?”
“100 ribu”
“OK. Sudah gak ada
tambahan lagi, kan?”
Aku harus memastikan itu.
Pasalnya aku tak mau ada masalah di belakang. As we know, banyak kan
kejadian-kejadian yang tidak mengenakkan terkait dengan upah pijat memijat ini.
“IYA, MAS”
“OK. Maaf, boleh minta foto
kamu?”
PAK TNI mengirimkan fotonya.
Not bad. Dia masih muda, bertubuh tinggi, atletis dengan wajah manis.
Wajah lelaki biasa. Tak ada ciri gay sama sekali di wajahnya. He’s pure
straight. Tapi kenapa dia mengiklankan diri di Grindr?
Apa ini sebuah jebakan?
Entahlah. Aku tak mau
bertanya-tanya lagi. Aku bener-bener ingin tahu siapa dirinya yang sebenarnya.
Resikonya, aku terjebak dalam lubang yang kupasang sendiri. Kita tahu,
ada pihak-2 yang saat ini sedang mengawasi pergerakan LGBT.
Cmon, LGBT bukanlah sosok
yang menyeramkan.
**
“Sudah dimana, mas?”
“Aku di depan kolam renang
XXX. Mas bisa jemput kesini?”
“OK”
Aku menunggu kedatangan PAK
TNI dengan rasa gelisah. Tapi semakin dekat, aku semakin yakin bahwa ini
bukanlah jebakan. PAK TNI bukanlah tipikal penjebak. Aku bisa
melihat itu dari kepolosan tatap matanya di foto. Aku yakin, dia orang
baik.
“MAS dimana?”
“Mobil merah di samping kiri
Kolam Renang”
Dari spion, aku melihat sosok
PAK TNI. Tubuhnya tinggi, gagah dan atletis. Dadaku berdebar.
Berdegup tak jelas. Aku keluar dari mobil dan menyalami tangannya.
“Jonas”
“Dedy”
Oh, aku baru tahu namanya
Dedy. Di chat tadi aku sama sekali tak bertanya tentang namanya.
“Kita langsung ke rumah”
“OK”
Aku masuk ke dalam mobil dan
mengikuti motor Dedy. Ternyata rumahnya tak jauh dari jalan utama. Kami
memasuki sebuah komplek perumahan tentara. Kumasukkan mobilku ke halaman
rumahnya. Tetangga sebelah langsung keluar dan ingin melihat siapa tamu
yang datang.
Shit ... dipikir saya ini
siapa gitu?
Tapi aku tak heran. Penghuni
komplek memang begini. Bahasa gaulnya, sok kepo gitu. Mau tahuuuu aja urusan
tetangga. Hahaha ... Tapi ini yang membuatku bertekad untuk tidak
melakukan hal-hal nista bersama Dedy.
Meski sebenarnya dalam otakku
ingin melakukan itu.
“Masuk mas”
“Thanks, Ded. Eh, maaf aku
panggil kamu Ded saja ya ...”
“Iya mas. Mas mau minum apa?”
“Air putih saja”
Dedy masuk ke dapur.
Aku mengamati suasana rumahnya. Subhanallah, sungguh harus kupuji
kerapian rumah Dedy ini. Tak ada barang yang tergeletak berantakan.
Semua sudah ada pada tempatnya. Sederhana namun bersih dan rapi.
“Ini mas. Silakan diminum”
“Thanks, Ded”
Kubuka tutup botol minuman.
“Kamu tinggal sendiri
disini?”
“Iya mas. Istri sama anak di
luar pulau”
“Oh”
“Gimana, mau langsung pijat,
mas?”
“Iya, Ded. Punggungku bener-2
capek”
Kami berdua masuk ke dalam
kamarnya. Dedy memberiku sarung bermotif kotak-kotak. Lalu dia
meninggalkanku. Mungkin memberikanku kesempatan untuk berganti baju.
Bener-bener lelaki penuh etika!
“Boleh aku lepas CD?” kataku.
“Boleh mas”
Aku menanggalkan celana
dalamku. Lalu dedy mulai memijatku. Tangannya mulai beraksi dari kakiku.
Dipijatnya kakiku dengan kekuatan yang sedang. Aku mengaduh saat
jari-jarinya mulai menyentuh ujung-ujung persyarafanku.
“Aduh. Sakit, mas. Tekanannya
dikurangi saja ya”
“OK, mas”
Dan dia mulai memijat kakiku
dengan tekanan yang sedang. Tak ada rasa sakit lagi yang kurasakan.
Aku merasakan nyaman bersamanya. Hahaha. Aku heran saja, bagaimana
dia yang seorang tentara tapi bisa memijat seenak ini.
“Dari keturunan, mas.
bapakku juga tukang pijat”
“Oh, bagus dong.
Aku suka kamu mas”
“maksudnya/”
“Eh. Maksudku suka pijatan
kamu. Pas rasanya”
“Hahaha”
Berikutnya aku merasakan
pijatannya di paha, pinggang dan bahu. Semua terasa enak. Aku
benar-benar menikmati sentuhannya ini. Tak perlulah kegiatan seksual
bersama PAK TNI.
Semua sentuhannya di tubuhku
sudah kurasakan sebagai sentuhan penuh cinta. Erangan kesakitanku
dibalasnya dengan jawaban yang menenangkan hati.
“Tahan saja mas. Besok akan
terasa enak”
OUH.
Aku sudah orgasme.
Full klimaks.
EJAKULASI DINI.
Meski tanpa sex
activity.
Thanks, PAK DEDY.
MAKASIH PAK TNI.
Dapet salam dari Whitney
Houston.
“I WILL ALWAYS LOVE YOU”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar