Translate

Minggu, 04 Juni 2017

PIJAT TNI





Sore yang sepi di kota Malang. Padahal ini hari Sabtu malam Minggu. Saat harusnya kita merasakan kegembiraan bersama pasangan. Bergandengan tangan, berpelukan atau berciuman dengan mesra.

Aku asyik menikmati segelas kopi panas dan sepotong singkong keju di sebuah warung sederhana di pinggir jalan. Di depanku nampak sepasang remaja tanggung sedang bercengkrama. Anjing!  Kulihat mereka seperti tak peduli pada yang lain. Seperti hanya mereka berdua yang sedang menghuni bumi ini.

Haaa ... kog aku jadi sewot sendiri, ya!


Kubuka Grindr.

Aku ingin tahu siapa saja gay yang sedang ada di sini.  Ada beberapa yang jaraknya dekat denganku. But, ups ... they are not my type. Aku memang suka cowok-cowok muda, tapi bukan cowok yang cantik. Tipikalku lelaki muda yang biasa saja. Yang tidak kelihatan sifat gay-nya.

Dan ... hanya ada satu profil yang menggodaku.

PIJAT TNI.

OMG.  Ini TNI beneran atau TNI abal-abal? Baiklah, daripada bertanya-tanya, aku langsung mengirimnya pesan.

“WOW”

Gak butuh waktu lama, pesanku berbalas.

“Hai, mas. Mau pijat?”
“Iya. badanku pegel semua nih. Maaf, tarif berapa?”

“100 ribu”
 “OK. Sudah gak ada tambahan lagi, kan?”

Aku harus memastikan itu. Pasalnya aku tak mau ada masalah di belakang. As we know, banyak kan  kejadian-kejadian yang tidak mengenakkan terkait dengan upah pijat memijat ini.

“IYA, MAS”
“OK. Maaf, boleh minta foto kamu?”

PAK TNI mengirimkan fotonya.  Not bad.  Dia masih muda, bertubuh tinggi, atletis dengan wajah manis.  Wajah lelaki biasa. Tak ada ciri gay sama sekali di wajahnya. He’s pure straight.  Tapi kenapa dia mengiklankan diri di Grindr?

Apa ini sebuah jebakan?

Entahlah. Aku tak mau bertanya-tanya lagi. Aku bener-bener ingin tahu siapa dirinya yang sebenarnya. Resikonya, aku terjebak dalam lubang yang kupasang sendiri.  Kita tahu, ada pihak-2 yang saat ini sedang mengawasi pergerakan LGBT.

Cmon, LGBT bukanlah sosok yang menyeramkan.

**
“Sudah dimana, mas?”
“Aku di depan kolam renang XXX. Mas bisa jemput kesini?”

“OK”

Aku menunggu kedatangan PAK TNI dengan rasa gelisah.  Tapi semakin dekat, aku semakin yakin bahwa ini bukanlah jebakan.  PAK TNI bukanlah tipikal penjebak.  Aku bisa melihat itu dari kepolosan tatap matanya di foto.  Aku yakin, dia orang baik.

“MAS dimana?”
“Mobil merah di samping kiri Kolam Renang”

Dari spion, aku melihat sosok PAK TNI.  Tubuhnya tinggi, gagah dan atletis.  Dadaku berdebar. Berdegup tak jelas. Aku keluar dari mobil dan menyalami tangannya.

“Jonas”
“Dedy”

Oh, aku baru tahu namanya Dedy. Di chat tadi aku sama sekali tak bertanya tentang namanya.

“Kita langsung ke rumah”
“OK”

Aku masuk ke dalam mobil dan mengikuti motor Dedy.  Ternyata rumahnya tak jauh dari jalan utama. Kami memasuki sebuah komplek perumahan tentara. Kumasukkan mobilku ke halaman rumahnya.  Tetangga sebelah langsung keluar dan ingin melihat siapa tamu yang datang.
Shit ... dipikir saya ini siapa gitu?

Tapi aku tak heran. Penghuni komplek memang begini. Bahasa gaulnya, sok kepo gitu. Mau tahuuuu aja urusan tetangga. Hahaha ...  Tapi ini yang membuatku bertekad untuk tidak melakukan hal-hal nista bersama Dedy.

Meski sebenarnya dalam otakku ingin melakukan itu.

“Masuk mas”
“Thanks, Ded. Eh, maaf aku panggil kamu Ded saja ya ...”

“Iya mas. Mas mau minum apa?”
“Air putih saja”

Dedy masuk ke dapur.  Aku mengamati suasana rumahnya.  Subhanallah, sungguh harus kupuji kerapian rumah Dedy ini.  Tak ada barang yang tergeletak berantakan.  Semua sudah ada pada tempatnya. Sederhana namun bersih dan rapi.

“Ini mas. Silakan diminum”
“Thanks, Ded”

Kubuka tutup botol minuman.

“Kamu tinggal sendiri disini?”
“Iya mas. Istri sama anak di luar pulau”

“Oh”
“Gimana, mau langsung pijat, mas?”
“Iya, Ded. Punggungku bener-2 capek”

Kami berdua masuk ke dalam kamarnya.  Dedy memberiku sarung bermotif kotak-kotak.  Lalu dia meninggalkanku.  Mungkin memberikanku kesempatan untuk berganti baju. Bener-bener lelaki penuh etika!

“Boleh aku lepas CD?” kataku.
“Boleh mas”

Aku menanggalkan celana dalamku. Lalu dedy mulai memijatku.  Tangannya mulai beraksi dari kakiku. Dipijatnya kakiku dengan kekuatan yang sedang.  Aku mengaduh saat jari-jarinya mulai menyentuh ujung-ujung persyarafanku.

“Aduh. Sakit, mas. Tekanannya dikurangi saja ya”
“OK, mas”

Dan dia mulai memijat kakiku dengan tekanan yang sedang.  Tak ada rasa sakit lagi yang kurasakan.  Aku merasakan nyaman bersamanya.  Hahaha.  Aku heran saja, bagaimana dia yang seorang tentara tapi bisa memijat seenak ini.

“Dari keturunan, mas.  bapakku juga tukang pijat”
“Oh,  bagus dong.  Aku suka kamu mas”

“maksudnya/”

“Eh. Maksudku suka pijatan kamu. Pas rasanya”
“Hahaha”
Berikutnya aku merasakan pijatannya di paha, pinggang dan bahu.  Semua terasa enak.  Aku benar-benar menikmati sentuhannya ini.  Tak perlulah kegiatan seksual bersama PAK TNI.

Semua sentuhannya di tubuhku sudah kurasakan sebagai sentuhan penuh cinta.  Erangan kesakitanku dibalasnya dengan jawaban yang menenangkan hati.

“Tahan saja mas. Besok akan terasa enak”

OUH.

Aku sudah orgasme.
Full klimaks.
EJAKULASI DINI.
Meski tanpa  sex activity.

Thanks, PAK DEDY.
MAKASIH PAK TNI.

Dapet salam dari Whitney Houston.

“I WILL ALWAYS LOVE YOU”



Tidak ada komentar:

Posting Komentar