Translate

Senin, 05 Juni 2017

KELIRU


Aku masih bersekutu dengan Grindr.

Apapun penilaian orang tentang aplikasi ini, yang najislah, yang buruklah, yang gak kekinianlah, nyatanya aplikasi ini masih teramat sangat kubutuhkan. Jadi aku masih harus banyak berucap terimakasih pada Grindr.

Thanks, Grindr.

“Halo” sapa salah satu member grindr.
“Hai”

“Boleh kenal kenal, mas?”
“Boleh”

“Tinggal dimana?”
“Di sby timur”

“Kog dekat ya?”
“Kamu dimana?”

“Di kertajaya”
“Dekatlah. paling 10 menit ke tempatku”

“Boleh main ke tempat mas?”

Hoo ... wait a minute.

Aku bukannya sombong. Aku ini pribadi yang terbuka pada semua orang. Catat itu. Tapi tidak semua orang boleh berkunjung ke rumahku. Ada privacy yang aku terapkan dalam berteman. Utamanya berteman dengan pria-pria gay. Aku sangat selektif.

Tak boleh sembarang pria (gay) boleh berkunjung ke rumahku.

Tapi, aku coba periksa dulu identitas pria ini. Namanya Shan. Usianya 27 tahun. Tingginya sekitar 175 cm. Beratnya ideal. Bodynya atletis dengan empat gurat pack di perutnya. Wajahnya – well model oriented. Not bad. Almost perfect.

“Gimana mas? Boleh mampir apa nggak?”
“BOLEH.  Diatas jam 7 malam, ya!”

“SIP. Pulang nge-gym nanti aku mampir”
“OK”

Tuh kan, aku selalu lemah ketika berhubungan dengan pria muda, tampan, bertubuh seksi dan berbibir seksi. Ya Tuhan ... sampai kapan kelemahan diri ini bisa kuatasi?  Aku memang makhluk lemah.

**

Jam 7 malam aku sudah ada di rumah. Aku sengaja pulang lebih awal dari kantor untuk persiapan menemui Shan. Aku ingin tampil sempurna dihadapannya.  Bagaimanapun juga, dia pasti berharap mendapat yang terbaik.

Lah, kayak mau ketemu Presiden saja ya!!!

“Aku sudah di depan rumahmu, mas. Kamu keluar ya?” pesan dari Shan.

Aku keluar dan membukakan pagar.  Shan nampak berdiri tegak.  Langsung dituntunnya motor lelakinya ke samping halaman rumahku.  Kupersilakan duduk dulu di kursi halamanku.

“Jonas”
“Shan”

“Kamu cakep”
“Ah mas bisa aja”

“Beneran, kog”
“Makasih mas”

Hahaha.

Hidung Shan pasti langsung mekrok dapet pujian seperti itu. Siapa sih yang nggak seneng kalau dipuji cakep?  Tapi aku memang memujinya jujur.  Dia memang cakep.  Sesuai dengan foto di profil grindrnya.

“Mau minum apa?” tanyaku pada Shan.
“Apa aja mas”

“Kopi?”
“Boleh”

“Pake sianida nggak?” godaku.

Shan cuma ketawa tipis memamerkan lesung pipitnya. Anjing, kalau senyum begitu, mukanya malah mirip Afgan, penyanyi idolaku. 

Afgan-afgan-afgan.  

Oh no!  Secara suara dia memang idolaku. Tapi tidak secara sexual. He is not my type. Dia itu typenya Rosa, janda beranak satu itu, bukan?

**

“Kamu sendiri di sini, mas?”
“Enggak. Kan sama kamu”

HAH.

“Udah punya BF, mas?”
“Ya, siapa yang mau juga. Udah tua, Shan”

“Aku mau”
“Hahaha, becanda kamu”

“SERIUS”

“Oh ya?”

Suasana mendadak hening.  Kami seperti sedang terbawa oleh pikiran kami masing-masing.  Sama-sama saling menerawang pikiran kami masing-masing.  Seolah tersadar dengan apa yang baru saja kami bicarakan.

Bicara apa kami barusan? 

Tentang hubungan? Hah. Emang ada hubungan yang bisa dirajuk lewat grindr? Apa ada cinta yang bisa dijalin diantara member grindr?

Fuck.
Sampah.
Nafsu setan.

“Sorry, mas”
“Gak papa, Shan”

“Aku lagi suntuk, mas”
“Kenapa? Putus sama BF-mu”

“Nggak. Masalah Rumah Tangga, mas”


UPS.


Pantas aku mencium sesuatu yang tak beres pada Shan.  Seperti ada sebuah beban yang menghimpit kepalanya.  Dia yang punya modal asli tampan, gagah dan seksi seperti kehilangan auranya.  Dia terlihat kusam, loyo dan letih.

Sayang sekali.

“Kamu mau mandi dulu?” tawarku pada Shan.
“Boleh numpang mandi?”

“Boleh. Numpang tidur juga boleh”
“Hahaha. Iya, aku mau mandi aja mas”

“OK”

Aku bergegas menyiapkan handuk.  Kuantar Shan ke depan kamar mandi. Kubawa tasnya masuk ke dalam kamarku.

Sementara Shan mandi, aku mencoba membuka profil Shan di grindr.  Kemarin aku hanya melihat fotonya saja. Tak kuperhatikan detail pribadinya.  Aku merasa ragu-ragu dengan kepribadiannya ini.

Ada sedikit rasa was-was.

Tapi mau bagaimana lagi? Semua sudah terjadi.  Aku sudah mempersilakan dia masuk ke dalam kamarku. Aku sudah menyuruhnya mandi. bahkan aku menawarinya tidur di kamarku.

Damned.

***

Dan aku terperanjat sekaligus shock saat kubaca dengan teliti profil Shan.

BOOKING BY WA.
GRINDR ERROR.

ANJING!  Betapa cerobohnya diriku.  Jadi Shan ini profesinya ES CROT eh ESCORT. How come I invited him into my house? Harusnya kami janji bertemu di hotel-hotel short time saja. Sekali booking, crot, bayar trus saling lupakan.  Itu lebih aman, bukan?

-bersambung-


Tidak ada komentar:

Posting Komentar