Translate

Sabtu, 29 Juli 2017

POWER BOTTY







“Boleh main ke tempat mas sekarang?”

Aku berpikir-pikir lagi. Aku tak boleh memasukkan seorang pria gay yang tak kukenal ke dalam rumah. Apalagi dia mau menginap. Bukan pelit, tapi ini untuk menjaga keamana diriku sendiri.

Aku coba menganalisis profilnya.

Dias, 21 tahun, 175, 60, vers.

Dari foto yang dikirimkannya, sepertinya dia orang baik. Wajahnya bersih, agak tirus dan terlihat tampan. Tak ada tanda-tanda kriminal sama sekali di wajahnya. OK. Aku putuskanuntuk menerima tawarannya itu. Diaz boleh menginap di rumahku.

“Thanks, mas. Aku meluncur ya”
“OK”

Aku segera membereskan kamarku.  Beberapa hari ini kamarku memang terlihat berantakan. Belum ada waktu untuk membersihkannya. Aku malu kalau orang yang masuk ke dalam kamar melihat keadaan kamarku yang berantakan.

Ring – ring – ring.

Ada satu notifikasi di hapeku. Satu pesan dari Diaz.

“Aku udah di depan rumahmu, mas”

Lho, cepet banget. Perasaan belum ada lima menit kami saling berkirim pesan tadi. Tadi Diaz bilang sedang ada di Grand City. Kuperkirakan butuh waktu 15 menit untuk sampai di rumahku.
“HAI ...” kataku menyapanya.

Diaz turun dari GOJEK, dan segera menghampiriku.  Kubuka pintu pagar dan mempersilakannya masuk ke dalam rumah. Kusuruh langsung masuk ke dalam rumah.  Kampungku terlihat sepi. Sudah pukul setengah dua belas malam.

“Kamu ganteng, mas ...” katanya sambil memelukku erat.
“Hehehe ... kamu juga” kataku balas memeluknya.

Kami berciuman bibir.  Spontan saja.  Bibir Diaz memang seksi.  Tebal atas dan bawah.  Ini jenis bibir yang aku suka.  kami hanyut dalam ciuman yang panas. Kumatikan lampu.  Kurebaghkan tubuhnya di atas ranjangku.

Diaz mendesah.

Aku segera menelanjanginya. Tubuhnya putih bersih.  Tak ada noda setitikpun di tubuhnya.  Dadanya, perutnya dan pantatnya terlihat mulus. Aku ngaceng maksimal melihat keelokan tubuhnya ini.

“Fuck aku, mas ...”

Aku segera memenuhi keinginanannya ini.  Kugeser-geser penisku di belahan bongkahan pantatnya.  Diaz mendesah.  Tangannya meraih pantatku seolah memberi tanda agar aku segera memasukkan penisku ke dalam pantatnya.

BLESSSS ... BLESS ...

Kurasakan nikmat yang teramat dasyat.  Penisku berasa dicengkeram oleh segumpal daging yang berdenyut-denyut.  Kutusukkan penisku ke dalam anusnya dengan nada tak beraturan. Kadang cepat kadang pelan.

Beberapa kali kami berganti gaya.

Sepertinya Diaz memang power botty.  Gayanya sudah expert bak pemain-pemain bokep di Belami. Tak cuma bibirnya yang bermain, bahkan kaki dan tangannya juga lincah beraksi.

Aku kewalahan.
Aku tak kuat menahan serbuan aksi Diaz ini.
ADUH!!!

“Napa, sayang?”
“Aduh. Aku mau muncrat”

“Sekarang?”

“Iya”

Ada kecewa di gurat wajah Diaz. Bisa jadi dia belum puas dengan permainan kami ini.  Diaz masih ingin aku berlama-lama.

“Aduh ...”

“Keluarkan di dalem mas ...”

Aku segera menusukkan penisku lebih dalam. Dalam lagi hingga mentok.
Dan ...


CROT CROT CROT ...

Aku klimaks.  Spermaku muncrat begitu saja ke dalam lubang anus Diaz.  Kutahan agak lama agar penisku tuntas memuntahkan sperma.  Diaz segera membalik tubuhku.  Aku ada di bawah tubuhnya.

Diaz mulai mengocok penisnya.

“Ahh ... ahhh ... aduh ... enak mas ...”

CROT CROTT CROT ...

Diaz mencapai klimaks di atas tubuhku.  Hampir bersamaan dengan penisku yang lepas dari lubang anusnya. Kami berciuman dalam.

“Urgh ... enak mas”
“Maaf, gak bisa lama”

“Gak papa”

“Thanks”

Kami langsung tertidur pulas dalam posisi telanjang.  Diaz tidur di dadaku.  Kami tidur bersama dalam kondisi telanjang dan saling berdekapan.  Sesekali kuelus punggungnya. Kuamati wajahnya yang tampan.

Ya Tuhan, aku bisa jatuh hati dengannya.

BUT ...

KROK ... KROOOOKKK  ... KROOOKKKKKK ...

Dan sepanjang pagi, aku tak bisa tidur.  Aku tak bisa tidur dengan suara dengkur yang begitu keras di telingaku. Bisa jadi dia memang sedang lelah.  Tapi suara dengkurnya ini menggangguku. 

Aku tak bisa tidur.
Aku tak bisa istirahat.
Aku tak bisa mencintainya lagi.

Cintaku langsung hilang seiring dengan dengkur Diaz yang menghunjam dalam ke telingaku. Semakin dalam dan semakin dalam.

Sorry, Diaz.


Saya tak mungkin mencitai pria pendengkur like you.

I am sorry.