Translate

Selasa, 26 Desember 2017

UNIFORM MAN




  
Semua terjadi begitu saja.

Tiba-tiba saja ada satu pesan masuk yang ingin berkenalan denganku.  Kadang-kadang aku merasa jenuh berinteraksi sosial dengan pengguna medsos gay. Nggak di Grindr atau di Blued sama saja. Semua kan maunya seks doang.

Aku tidak memungkiri itu.

Toh aku juga butuh seks sebagai pelampiasan atas rasa sepi. Seks buatku saat ini sudah bukan lagi sebagai pelampiasan seks namun sebagai kebutuhan untuk merasa dicintai dan disayangi. Aku butuh kehadiran seorang lelaki tempatku berbagi kasih.

“Hai”
“Hai”

Lalu aku mulai memeriksa profil penyapaku. Seorang pemuda, namanya Adit,23 thn,  tb 175 cm, bb 65 kg, berpotongan cepak dengan pose menghadap sebuah gunung. Instagram boy. Hahaha … aku langsung malas menanggapinya.

Mana ada sih cowok-2 di Instagram yang bener?

Yang wajahnya cakep dan bodynya seksi, pamer body seksi dan wajah tampan ujung-ujungnya cuma  jual diri. Nggak semua memang, tapi rata-rata seperti itu.

“Stay dimana mas?” tanya Adit.
“Di Surabaya. Km dmn?”

“Aku juga di sby mas”
“OK”

Trus?

Aku sengaja tidak membalas pesannya ini. Buat apa? Toh usiaku dan dia juga selisih jauh. Usianya separuh usiaku.

“Bisa ketemuan, mas?”
“Bisa”

“Kapan?”
“Kamu mau kapan?”

“Nanti malam bisa?”
“Jam berapa?”

“Nanti aku kasih tahu, mas”
“OK. Makasih. Bye”

“Kog Bye?”
“Kalau gak niat, nggak usah PHP dong”

“Aku serius kog”
“Hah”

“Bener mas”
“OK. Trus jam berapa kita ketemuan?”

“Belum tahu”
“Nah itu. Aku malas sama cowok-2 geje kayak kamu”

“Aku mau ketemu mas”
“Kenapa?”

“Mau aja”
“hah”

Aku keluar dari aplikasi.  Ngeladeni cowok-cowok nggak jelas seperti ini hanya menghabiskan energi kita saja. Entahlah, mungkin aku yang tak sabaran. Tapi aku memang punya prinsip tak mau terlalu serius menghadapi pria-pria di sosmed gay. Dalam hidup kita harus punya prinsip, bukan?

Lalu aku sibuk dengan kegiatanku hari ini.

Liburan panjang kali ini aku memang tak kemana-mana. Jalanan pasti macet. Itu yang bikin malas. Mending aku menghabiskan waktu liburan panjang ini untuk bebersih di rumah saja. Atau malas-malasan di kamar tidurku, sambil merapikan koleksi DVDku yang sudah lama tak pernah kutata lagi.

But … hey … gaydarku berbunyi kencang. Tiba-tiba saja aku ingin mengaktifkan lagi sosmed gayku. Aku penasaran dengan sosok Adit, yang sepertinya memang ingin menemuiku. Haregene, siapa sih yang mau menemui lelaki gay tua ?

Bisa jadi dia adala lelaki spesial yang akan mengisi hari-hariku yang sepi ini.
Who knows?

Dan dugaanku ternyata benar!

Adit masih mengirimiku beberapa pesan.
“Mas, minta WA km”
“Mas aku serius mau ketemu kamu”
“Mas”
“Hai”


Ya Allah, aku terharu.  Aditkah jawaban atas doa-doaku selama ini agar ENGKAU mengirimkan seseorang yang sanggup mengobati luka hatiku.  Aditkah lelaki yang sanggup membuatku bergairah lagi?
SEMOGA.


***



bersambung …

Minggu, 24 Desember 2017

KEHILANGAN




Hai, apa khabarmu?

Semoga baik-baik saja.  Kabarku juga baik-baik saja. Sigh, aku sedang berpura-pura. Sebenarnya ada yang sedang tak baik yang terjadi pada diriku. Aku sedang terluka. Terluka sedemikian hebatnya, hingga malas melakukan hal-hal yang menjadi kegemaranku.
Menulis, salah satunya.

Nggak terasa sudah hampir lima bulan aku berusaha untuk menyembuhkan diri dari rasa luka karena kehilangan ayah dalam hidupku.  Sejak ayahku meninggal dunia aku memang seperti kehilangan gairah, passion dan   semangat hidup.  Betapa aku merasa masih sangat kurang mempedulikan bapak semasa hidupnya.

Ada rasa bersalah yang menumpuk di dalam hatiku.

Hingga kini, aku masih juga tak sanggup menahan tetes air mata kala berkunjung ke makam ayahku. Kalau tak malu, aku mau saja tidur seharian sambil menangis tersedu-sedu di atas makam ayahku.  Tapi aku masih sadar diri.  Aku tak boleh melakukan itu.

Sebagai umat Islam, aku tahu ada cara agar ayahku bisa tenang di alam baka sana.

Selamat tinggal, ayahku sayang.

Untaian doa, cinta dan kasihku padamu tak akan pernah hilang dari batinku sampai kapanku. 

I LOVE YOU, MY DADDY.
I LOVE YOU MY HERO.