Translate

Kamis, 16 Maret 2017

NAUGHTY MIND



Tiba-tiba saja aku terbangun dari tidurku.  Seharian tadi kegiatanku di kantor memang terasa sangat melelahkan. Bukan kegiatan fisik sih, hanya  saja beberapa pekerjaan ini menguras pikiranku. Dan memeras pikiran nyatanya lebih melelahkan ketimbang memeras tenaga.

Muncul rasa galau, gelisah dan kacau yang aku sendiri tak tahu apa yang sedang ada dalam pikiranku. Ingin mencintai tapi siapa yang harus kucintai? Ingin memeluk seseorang tapi siapa yang harus kupeluk? Ingin mencurahkan keluhan hati, tapi pada siapa?  Aku tak tahu.

Ini resiko yang harus kamu terima, Jo!

Sebagai jomblo akut, kamu harus siap dan rela menerima perasaan-perasaan sepi dan kacau yang kadang bisa menghancurkan harga dirimu. FUCK!!!  Jujur kadang saya lelah dengan semua ini.

Bisa jadi ini adalah depresi seperti yang dialami artis-artis top macam Tommy Page hingga memutuskan untuk bunuh diri.  Amit-amit jabang bayi.  Sumpah  tak ada niatan secuilpun untuk bunuh diri.

Saya masih ingin hidup bahagia.

*

Aku mulai membuka GRINDR.

Kupandangi foto-foto lelaki seksi yang dengan pongahnya memamerkan kemolekan wajah dan tubuhnya. Haaa … berani taruhan,  tidak semua foto itu asli.  Beberapa akun ada yang masih menggunakan foto palsu untuk memikat birahi lelaki.
Pandanganku tertuju pada profil lelaki muda yang Nampak sedang beraksi di pinggir kolam renang. Wajahnya memang tidak terlihat dengan jelas, namun bahu dan dada gempalnya yang putih dan kekar membuat fantasiku tiba-tiba saja melayang. 

Bahu kokoh seperti itulah yang sanggup membuatku nyaman.
Dada ketat melenting seperti itulah yang sanggup buatku bahagia.

Kubaca lagi keterangan di profilnya.  Tingginya 182 cm dengan berat badan 73 kilogram. What an ideal body! Tanpa banyak piker, kucatat segera nomor telepon yang dia pasang di profilnya.

Oh ya … DIMAS, namanya.

Ada rasa bimbang ketika aku memutuskan untuk menghubungi Dimas. Ragu ragu tiba-tiba saja muncul.  Langsung terbayang beberapa kisah seram yang terjadi saat para gay nahas yang berhubungan dengan ‘kucing nakal’  yang mengiklankan diri di situs gay.

Tapi aku yakin, tak semua kucing nakal.

Dan aku merasa bahwa Dimas juga bukanlah kucing nakal.  Bisa saja dia hanya mencari uang tambahan lewat jasa pijat.  Beberapa tukang pijat gay yang kukenal juga bukanlah maling, copet atau pembunuh seperti yang ada di berita criminal harian kuning itu.

“Hai, Mas”
“Iya”
“Berapa tarifmu?”
“300”
“OK. Bisa datang ke rumah?”
“Bisa mas”
“Kamu asli yang ada di foto itu?
“Itu foto asliku, mas”
“OK. Bisa datang malam ini?”
“Bisa mas”

Aku segera mengirim lokasi rumahku ke folder pesannya. 
Gling gling gling.
Pesan terkirim.


Damned! 
What did I do!
Ini tindakan gila.
Tak semestinya aku melakukan ini.


Tapi aku harus bersikap ksatria. Seorang satria tak boleh menelan ludahnya sendiri.  Dan pesan yang sudah terkirim, tak selayaknya dibatalkan lagi.  Itu sama saja dengan menjilat air ludahku sendiri.

Fuck.

I really hate myself.

Kubenci dengan kelemahanku.  Aku lemah saat merasa sepi, sendiri dan tak ada tempat untuk berbagi. Ini resiko yang harus kuterima kala aku memutuskan untuk menjadi single.

Dan aku juga harus menerima semua resiko atas perbuatan yang kulakukan. Hidup atau Mati.

“Aku OTW, mas”
“Kutunggu”
“Makasih mas”
“Sama-sama”

Aku segera menyiapkan diri. Entah bahagia atau duka yang akan aku dapat bersama Dimas nanti. Hatiku mulai gelisah. Jantungku berdetak keras.  Darahku mengalir dengan derasnya.

Bisa jadi, detik-2 kematianku segera tiba.


BERSAMBUNG …

Tidak ada komentar:

Posting Komentar