Translate

Jumat, 17 Maret 2017

HUGE THING



Jam sudah menunjukkan pukul  09.30 malam.

Aku segera mandi dan membersihkan diri.  Aku tetap harus tampil bersih, wangi dan mempesona di hadapan seorang lelaki.  Aku sadar sesadar-sadarnya, yang akan datang bukanlah pacar atau kekasihku. Jelas, dia datang karena aku membayarnya.
Tapi aku tetap ingin tampil sempurna di hadapannya.

Dan tiba-tiba saja aku tak ingin bercinta di dalam kamarku.  Kamar adalah ruang private. Hanya lelaki khusus yang boleh singgah dan bermalam di kamarku. Lelaki bayaran, lelaki panggilan tak boleh masuk dan menjamah kamarku.

Kuputuskan untuk menyewa satu kamar di hotel short time saja!

Segera kukirimkan pesan pada Dhimas,”Tunggu aku di depan gang saja ya. Aku tunggu kamu di situ”

Tak ada jawaban dari Dhimas.  Mungkin dia sedang dalam perjalanan.  Jadi belum sempat membuka aplikasi di hapenya.

Aku segera menunggunya di ujung jalan.

*

Jalanan masih terlihat ramai.  banyak kendaraan lalu lalang, entah apa saja yang sedang mereka lakukan.  Beberapa orang nampak melihat ke arahku. Mereka seolah menyelidik apa yang sedang kulakukan ini.  Berdandan rapi dan menunggu di ujung jalan?

Like a whore?

Aku tak peduli. Biarkan saja mereka bermain dengan pikiran mereka sendiri.  Aku juga sedang menyibukkan diri membuang pikiran-pikiran negatif yang sedang berkecamuk di dalam benakku. 

God, save me.
Help me.
I’m just an ordinary human.
Please.

**

Beberapa menit berlalu.  Hapeku berdering. Kuperiksa aaplikasi Grindr.  Ada dua pesan yang masuk.  dari Dhimas.

“Aku sudah di depan rumahmu”

OH NO!!!!

“Balik ke ujung jalan. Saya nunggu kamu di ujung jalan”

“OK, mas”

Dan aku berbalik arah, ingin melihat penampakan nyata Dhimas.  Kusiapkan mentalku seandainya sosok Dhimas tidaklah sama dengan apa yang terpajang di profilnya. Biasanya memang begitu, kan?

But ... wait a minute!

Ada sesosok lelaki bertubuh muscle sedang berjalan dengan body tegapnya ke arahku.  Sekilas mirip tentara, malah!  Aku girang.  Sekaligus bergidik.  Jangan-jangan dia bukanlah lelaki panggilan.  Siapa tahu dia ini polisi atau inte yang menangkap para gay pemakai aplikasi Grindr?

Beberapa waktu yang lalu, beredar kabar bahwa polisi menangkap pemakai aplikasi grindr yang di blokir oleh pemerintah terkait kasus prostitusi di kalangan gay. Aj, semoga ini tidak terjadi padaku.

“Mas ... Jonas?”
“Hai. Kamu Dhimas?”
“Iya mas. Trus gimana?”
“Hmm”

Aku menelan ludah melihat penampakannya ini.  Dhimas benar-benar seperti apa yang terpampang di situsnya. Bahunya yang gempal dan dadanya yang menantang, benar-benar nyata. Fantasiku mendahului keinginanku.

I wanna having seks with him now!

“Mas, gimana?” tanya Dhimas sambil menyentuh lenganku.

“Eh ...,” aku seperti tersadar,”Iya, kamu tunggu disini dulu ya. Aku ambil motor dulu”
“Iya mas”

Aku segera balik ke rumah.  Kuambil kunci mobilku dan segera  menuju ke tempat Dhimas berdiri.  Dia sedikit terkejut.  Iya, aku tadi kan bilang mau ambil motorku.  Nyatanya aku malah membawa mobilku untuk berkencan dengannya.

Kubuka kaca jendela mobil.

“Masuk. jangan bengong di situ”
“Iya mas. tadi katanya bawa motor?”  

“Iya. Gak jadi”

Aku sengaka tidak membawa motorku.  kalau bawa mobil kan enak, langsung masuk ke dalam tempat parkir mobil dan menuju ke kamar hotel.  Nggak perlu pake mendaftar, setor KTP.  Nggak ada resepsionis yang kepo nanya ini-itu.

Paling malas aku menghadapi resepsionis hotel.

***

“Ini hotelnya mas?”
“Iya”

Kami segera keluar dari mobil dan menuju ke lantai atas.  Kunyalakan AC dan Teve.  Kuletakkan barang-barangku di atas meja.

Hey ... kemana Dhimas?

Ada bunyi gemericik air di toilet.

Kuhampiri toilet dan kudorong pintu toilet yang tak terkunci.  Dhimas nampak sedang kencing. Dia menoleh ke arahku dan senyum-senyum nggak jelas.  Fuc*k. I hate that smile.  Senyum yang sanggup merontokkan hati para wanita.

Dan ... oh my god.

Apa tak salah yang sedang kulihat ini?  Dhimas memegang dan menggoyang-goyang penisnya.  Penisnya nampak tegang maksimal.  Besar dan menggantung dengan sempurna.  Warnya merah kecoklatan.

Dhimas has Huge Penis.

Aku memalingkan pandanganku.
Darah di otakku langsung berdesir.
Aku lemas.
Aku gemas.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar