Jam sudah
menunjukkan pukul 09.30 malam.
Aku segera mandi
dan membersihkan diri. Aku tetap harus
tampil bersih, wangi dan mempesona di hadapan seorang lelaki. Aku sadar sesadar-sadarnya, yang akan datang
bukanlah pacar atau kekasihku. Jelas, dia datang karena aku membayarnya.
Tapi aku tetap
ingin tampil sempurna di hadapannya.
Dan tiba-tiba saja
aku tak ingin bercinta di dalam kamarku.
Kamar adalah ruang private. Hanya lelaki khusus yang boleh singgah dan
bermalam di kamarku. Lelaki bayaran, lelaki panggilan tak boleh masuk dan
menjamah kamarku.
Kuputuskan untuk
menyewa satu kamar di hotel short time saja!
Segera kukirimkan
pesan pada Dhimas,”Tunggu aku di depan gang saja ya. Aku tunggu kamu di situ”
Tak ada jawaban
dari Dhimas. Mungkin dia sedang dalam
perjalanan. Jadi belum sempat membuka
aplikasi di hapenya.
Aku segera
menunggunya di ujung jalan.
*
Jalanan masih terlihat
ramai. banyak kendaraan lalu lalang,
entah apa saja yang sedang mereka lakukan.
Beberapa orang nampak melihat ke arahku. Mereka seolah menyelidik apa
yang sedang kulakukan ini. Berdandan
rapi dan menunggu di ujung jalan?
Like a whore?
Aku tak peduli.
Biarkan saja mereka bermain dengan pikiran mereka sendiri. Aku juga sedang menyibukkan diri membuang
pikiran-pikiran negatif yang sedang berkecamuk di dalam benakku.
God, save me.
Help me.
I’m just an
ordinary human.
Please.
**
Beberapa menit
berlalu. Hapeku berdering. Kuperiksa
aaplikasi Grindr. Ada dua pesan yang
masuk. dari Dhimas.
“Aku sudah di depan
rumahmu”
OH NO!!!!
“Balik ke ujung
jalan. Saya nunggu kamu di ujung jalan”
“OK, mas”
Dan aku berbalik
arah, ingin melihat penampakan nyata Dhimas.
Kusiapkan mentalku seandainya sosok Dhimas tidaklah sama dengan apa yang
terpajang di profilnya. Biasanya memang begitu, kan?
But ... wait a
minute!
Ada sesosok lelaki
bertubuh muscle sedang berjalan dengan body tegapnya ke arahku. Sekilas mirip tentara, malah! Aku girang.
Sekaligus bergidik. Jangan-jangan
dia bukanlah lelaki panggilan. Siapa
tahu dia ini polisi atau inte yang menangkap para gay pemakai aplikasi Grindr?
Beberapa waktu yang
lalu, beredar kabar bahwa polisi menangkap pemakai aplikasi grindr yang di
blokir oleh pemerintah terkait kasus prostitusi di kalangan gay. Aj, semoga ini
tidak terjadi padaku.
“Mas ... Jonas?”
“Hai. Kamu Dhimas?”
“Iya mas. Trus
gimana?”
“Hmm”
Aku menelan ludah
melihat penampakannya ini. Dhimas
benar-benar seperti apa yang terpampang di situsnya. Bahunya yang gempal dan
dadanya yang menantang, benar-benar nyata. Fantasiku mendahului keinginanku.
I wanna having seks
with him now!
“Mas, gimana?”
tanya Dhimas sambil menyentuh lenganku.
“Eh ...,” aku
seperti tersadar,”Iya, kamu tunggu disini dulu ya. Aku ambil motor dulu”
“Iya mas”
Aku segera balik ke
rumah. Kuambil kunci mobilku dan segera menuju ke tempat Dhimas berdiri. Dia sedikit terkejut. Iya, aku tadi kan bilang mau ambil
motorku. Nyatanya aku malah membawa
mobilku untuk berkencan dengannya.
Kubuka kaca jendela
mobil.
“Masuk. jangan
bengong di situ”
“Iya mas. tadi
katanya bawa motor?”
“Iya. Gak jadi”
Aku sengaka tidak
membawa motorku. kalau bawa mobil kan
enak, langsung masuk ke dalam tempat parkir mobil dan menuju ke kamar
hotel. Nggak perlu pake mendaftar, setor
KTP. Nggak ada resepsionis yang kepo
nanya ini-itu.
Paling malas aku menghadapi
resepsionis hotel.
***
“Ini hotelnya mas?”
“Iya”
Kami segera keluar
dari mobil dan menuju ke lantai atas.
Kunyalakan AC dan Teve.
Kuletakkan barang-barangku di atas meja.
Hey ... kemana
Dhimas?
Ada bunyi gemericik
air di toilet.
Kuhampiri toilet
dan kudorong pintu toilet yang tak terkunci.
Dhimas nampak sedang kencing. Dia menoleh ke arahku dan senyum-senyum
nggak jelas. Fuc*k. I hate that
smile. Senyum yang sanggup merontokkan
hati para wanita.
Dan ... oh my god.
Apa tak salah yang
sedang kulihat ini? Dhimas memegang dan
menggoyang-goyang penisnya. Penisnya
nampak tegang maksimal. Besar dan
menggantung dengan sempurna. Warnya
merah kecoklatan.
Dhimas has Huge
Penis.
Aku memalingkan
pandanganku.
Darah di otakku
langsung berdesir.
Aku lemas.
Aku gemas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar