Translate

Minggu, 19 Maret 2017

MAKING LOVE



“Kenapa mas?” tanya Dhimas yang melihatku sedang bengong di depan televisi.  

 Dia pasti melihat gelagatku yang aneh. Memang.  Aku sedang salah tingkah.  Mataku pasti tak fokus pada tontonan di televisi.   

Pikiranku kacau melihat penis Dhimas yang super besar itu.

“Nggak papa, takjub aja,” jawabku sekenanya.

“Takjub apa?”

“Lihat penis kamu”


“hahaha ... ini bisa saja mas”

“Sudah sangat besar, menurutku”

“Trus mau pijat sekarang atau ...”

Dhimas melepas baju dan celananya.  Dia hanya menyisakan celana dalam putih bermerk GT-Man. Tubuhnya benar-benar terjaga. Bahunya kekar, dadanya membusung dan pahanya begitu kokoh. Perfect man.

Aku berbalik badan.

“Hug me ...”

Dhimas memelukku erat. Kedua tangannya merengkuh kedua pantatku.  Tubuhnya begitu erat melekat di tubuhku.  Harum tubuhnya begitu tajam menembus indra penciumanku. Bau lelaki seksi.  Bukan parfum mahal memang, tapi aku begitu suka dengan aromanya.

“Kiss me ...”

Dhimas mencium bibirku.  Tenaganya begitu kuat membetot bibirku bergantian. Oh No!!! Ini bukan ciuman romantis.  Ini ciuman sebatas kewajiban antara pembeli dan penjual.  Saya memang membayarnya untuk pelayanan massage plus plus.  Tapi saya tak ingin diperlakukan seperti ini.  I wanna him as my lover this night.

“Ssst ... kamu diam saja ...”

Aku membuka baju dan celanaku.  Kami sama-sama bercelana dalam saja.  Kupeluk Dhimas lembut.  Kucium bibirnya dengan pelan. Bergantian atas dan bawah.  Sementara itu kedua tanganku bergerilya ke leher, dada dan berakhir di ujung selangkangannya.

Bisa kurasakan bulgenya menebal.

Dhimas sudah ngaceng berat.  Inilah lelaki yang kusuka.  Seimbang antara bentuk tubuh kekarnya dan kemampuan penisnya merespons birahi yang terjadi. Lelaki super! You are my superman, Dhimas!!!!

Kami langsung bergulingan di atas ranjang.  Bibir kami saling berpadu, tubuh kami saling menyatu dan napas kami mulai menderu. Dhimas bertindak aktif. Dia mulai menghisap kedua putingku secara bergantian. Hisapannya benar-benar hisapan seorang yang ahli.

“Aduh ... Argh mas ... aku gak tahan”
“Tahan mas”

Dhimas semakin beringas. Tangannya merenggut celana dalamku. Membuat penisku terbebas dari hambatan. Aku sudah ngaceng berat. Dhimas juga membuka celana delamnya.  Rudalnya langsung menegang dengan kerasnya.  Perfect penis.

Lalu dia mulai merimming pantatku.  Lidahnya bermain-main di seluruh permukaan anusku.  Hingga ke dalam lubangku.  Bisa kurasakan betapa sedapnya permainan lidahnya ini.  Aku kian menjerit, meronta dan menginginkan dia sepenuhnya.

Kuhentikan aksinya ini, kutarik bahunya. Kucium bibirnya dalam-dalam.  Kubilang,”FUCK ME NOW. I want you. I need You”

Dhimas seolah mengerti dengan keinginanku, meski dia sepertinya masih ingin berlama-lama merimming pantatku.  Aku sudah tak sanggup.  Aku ingin dia segera menusukkan penisnya ke dalam pantatku. 
“PLIS ... FUCK ME!”

Dhimas membuka satu kondom Sutra dan memakaikannya di ujung penisnya.  Sejujurnya aku tak suka memakai kondom kala berhubungan seks.  Seperti ada pembatas diantara aku dan dia.  Tapi, demi keamanan kami berdua, aku harus menggunakan kondom juga.

“Urghhh ... kurang kebawah, mas”

Dhimas mengarahkan penisnya ke bawah sesuai instruksiku.  Tapi ujung penisnya menekan arah yang salah.  Kadang terlalu ke atas, kadang terlalu ke bawah.  ANJING!!!!!  Gigolo Bodoh!!!

Aku segera membalik posisiku.

Kuletakkan tubuhnya di bawah.  Aku berdiri mengangkanginya dan mulai mengarahkan ujung penisnya ke dalam pantatku.  Dhimas terperangah.  Dia pasti heran, apakah aku bisa menelan penis besarnya itu dengan cara ini?

“”Aduuuuh  ... argh ... sakit ...” rintihku saat penisnya mulai kududuki.

Dhimas segera bangun.  Dia mencium bibirku dengan dalamnya.  Tak ada lagi suara kesakitanku.  Aku hanya merasa ada benda tumpul yang dengan kokohnya mulai merangsek masuk ke dalam lubang anusku.

“FUCK!!!”

“Sakit, mas?”

“GAK. AKU SUKA”

Dan aku mulai menggoyang-goyang penisnya.  Maju mundur, ke kanan dan kekiri.  Sementara tanganku memuntir puting Dhimas.  Dhimas mengikuti gerakan pantatku yang berputar-putar.

Matanya merem-melek keenakan.

“Enak, sayang?”

“Banget, mas”

“Arggghhh ... aku mau muncrat, mas”

“Keluarkan mas ...”

Aku mempercepat gerakan putaran pantatku.  Penis Dhimas juga seolah kian mengganas.  Kami sama-sama berpacu menggapai puncak kenikmatan.  Aku kian liar.  Nafsuku sudah tak terkendali.  Spermaku langsung muncrat begitu saja ketika kurasakan klimaks.

Dhimas belum klimaks.

Yang dia lakukan hanya memegang pantatku dan menekan-nekannya.  Dia tahu, aku kelelahan.  Dan aku pasti tertidur kalau sudah kelelahan begini.

SHIT.

Aku mencium bibirnya dengan lembut.  Dhimas membalas ciumanku dengan mesra.  Ada rasa bersalah karena kami tidak bisa mencapai klimaks sama-sama.  This is not fair.  Seharusnya aku mencegah orgasmeku. 

Tapi entahlah, aku ingin segera menuntaskan kepuasanku.  Terdengar egois alias selfish memang.

“Maaf, aku keluar duluan”

“Gak papa. nnti lagi, mau kan?”

“WHAT?”

“Sekali lagi ya ...”

“Iya”

Entah apakah ini rejeki atau apa.  Yang jelas baru kali ini aku mendengar ada seorang gigolo yang minta servis kedua dari kliennya. Is he falling in love to me?  Haaa aku tak ingin menduga-duga.  Terlalu naif menebak rasa cinta seseorang dengan begitu cepat!

Apa mungkin seorang gigolo jatuh cinta dengan kliennya?

I thinks that’s impossible.


1 komentar: