Translate

Minggu, 26 Maret 2017

END of GAME



 “Pak, kita sewa kamar yuk!”
“Siapa yang bayar?”

“Bapak yang bayar”
“Haaa ... gaklah. Waktuku terbatas”

“Aduh ... gimana pak?”
“Kenapa?”

“Aku pengen keluar sekarang”
“Ya udah sini aku keluarkan”

“Di sini?”
“Iya”

“Dilihat orang nanti”
“Siapa yang lihat?”

“Yang lewat itu?”
“Biarin aja. Kalau dia lewat, aku ajak sekalian. Biar rame”

“Anjis. Gila lo pak”
“Memang”

Aku menghela napas panjang.  Anak sekarang memang begini. Maunya yang cepet-cepet, tapi nggak mau keluar duit. Aku bisa saja sih menyewa satu kamar.  Tapi buat apa? Kan waktu kami terbatas.  Lagian cuma buat satu crot saja, masak butuh satu kamar sih?


“Pak ...”


Rizky mendekat.  Bibirnya langsung menyerbu bibirku.  Lumayan.  kali ini bibirnya sudah tak kaku lagi.  Aku membalas ciumannya dengan lembut.  Kami berpagut dengan mesranya. Tubuh kami menyatu dengan eratnya.

Kami seolah tak peduli dengan sekitar.

“Pak, ciumanmu enak sekali”
“Kamu juga jago kissing”


“Aku belajar dari kamu, pak”
“Hah. Gaklah”


Satu-dua pemotor mulai lewat.  Mata mereka melihat ke arah kami dengan penuh curiga. Posisi kami memang sedikit mencurigakan.  Tanganku menyentuh pantat Rizki, sementara Rizki masih juga menyentuh bahuku dengan eratnya, seolah takut kehilanganku.


Hah. Lebay sekali malam ini aku.

Beberapa menit sepi.  Tak ada pemotor ataupun pejalan kaki yang lewat.  Aku segera mendekatkan tubuh Rizky ke dalam pelukanku.  Kubuka ritsluiting celananya dan kukelaurkan penisnya yang sudah mengeras dengan kuatnya.


Aku menurunkan posisi leherku ke bawah, persis di depan selangkangannya.


Rizky mendesah.  melenguh, tepatnya.  Dan pantatnya secara otomatis maju mundur di mukaku.  Penisnya sudah amblas ke dalam mulutku.  Bergerak maju mundur dengan liarnya.  Sesekali aku tersedak karena sodokan liar penisnya di mulutku.

“pakkk ... arssshhh ... uurhgghh 
“keluarkan ... sekarang ...” erangku lemah.

“Addd  uuu  hhh ... aaa kkk uuu ... “



CROT CROT CROOOOTTT ....



Sperma Rizki meluncur tak terkendali di dalam mulutku.  Mengalir dengan derasnya ke dalam mulutku dan meluncur tajam ke dalam tenggorokanku.  Aku menekan dalam –dalam pantatnya hingga penisnya yang mulai lemah kian masuk ke dalam mulutku.

Ada kepuasan tersendiri yang kurasakan kala spermanya muncrat di dalam mulutku.  Aku menelan semuanya tanpa tersisa setetespun.  Rizki menarik penisnya.  Penisnya nampak bersih tak bernoda sedikitpun.  Ada rasa puas di wajahnya.

“kamu hebat, pak”
“kamu juga”

Kami berciuman sekali lagi.
“Pak, aku pulang ya ...”


“Iya. Ati-ati di jalan”
“Makasih pak ...”


“You’re welcome”



“Bapak kesini lagi, kapan?”



Aku tak menjawab pertanyaannya itu.  Ada pertanyaan yang tak perlu dijawab.  Lagian buat apa dijawab, karena saya tahu itu hanya basa-basinya saja.  Pertemuan kami kali ini juga bukanlah pertemuan khusus.


It is just an accidental sex
Quicky sex.
Rizky quick sex.


Aku juga memutuskan untuk pulang saja.  Hari sudah larut malam menjelang pagi.  Tak baik terlalu lama berada di tempat ini.  Toh kebutuhan seksualku sudah terpenuhi.  Apalagi yang harus aku tunggu.

See you, Patty’s Street.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar