Translate

Jumat, 07 September 2018

APES





 Semua berawal dari cuitanku di twitter.

Aku menulis,”Ini kan gay yang sering ngaku TNI. Dia bahkan menipu saya. Pinjam uangpun tak dikembalikan” di status twitter seserorang yang mengaku-aku juga sebagai TNI.

Cuitanku itu tertuju pada foto lelaki yang dia pasang. Beberapa waktu yang lalu aku memang mengenal lelaki itu. Kami bahkan sudah berkencan dua kali. Tapi aku putuskan karena dia sepertinya hanya menginginkan uangku saja. Beberapa kali minta ditransfer uang.

Pemilik akun yang mengaku TNI itu kemudian membalas tuitanku,”Ketemu aja sama orangnya langsung”

“Boleh” jawabku.


Kami janjian bertemu di J Co Delta Plaza.  Sosoknya tinggi, langsing dan muscle dengan muka yang tidak terlalu tampan seperti yang  dipasang distatus-statusnya.

“Ini akun kamu?” tanyanya.
“Bener”

Dia langsung berdiri dan memukul mukaku dua kali. Aku tak sempat membela diri. Aku benar-benar tak menyangka reaksinya akan seperti ini.  Dia menarik kerah bajuku dan mengajakku ke kantor polisi.

Aku menurut saja.

Bukannya aku takut, tapi aku malu diperlakukan seperti ini. Bukan sifatku berkelahi di dalam Mall. Ini kelakuan biadab.  Aku mencoba menjelaskan,”Mas, bukan itu maksudku. Aku menjelaskan bahwa foto yang mas pasang di tuit itu yang menipu saya”

Tapi dia seperti kesetanan. Dia tetap membawaku ke depan jalan sambil teriak,”Kamu jelaskan saja di kantor polisi”

Baiklah, aku menurut saja. Aku bersiap akan menjelaskan apapun yang pernah kulakukan. Aku tidak takut, meski aku sadar akan banyak resikonya. ID-ku sebagai gay jelas akan terbongkar. Aku pasrah saja dengan apa yang dia mau.

Karena taksi tak juga muncul, aku menawarkan membawa mobilku saja. Di sepanjang jalan, dia mengomel bahwa aku telah melecehkannya. Dia menganggapku telah menuduhnya sebagai TNI palsu. Dia tunjukkan foto KTP orang-orang yang ditangkapnya.

Aku bersumpah demi Allah, bukan itu maksudku.

Tapi dia tetap bersikeras maksud cuitanku adalah demikian. Percuma saja menjelaskan ke orang yang sudah kalap seperti ini.  Dia cerita sudah menangkap orang-orang yang menuis cuitan buruk tentangnya. Dia juga cerita bahwa dia berdinas di tentara.

Tiba-tiba saja di perjalanan mendekati kantor polisi dia berubah pikiran. Dia menyuruhku menepi dan bilang karena aku sudah tua, maka dia tidak mau memperpanjang masalah ini. Lho … why not? Sudah kepalang tanggung. Dia sudah memukul dan mempermalukanku.

Dia minta diantarkan balik ke Delta Plaza.  Aku menuruti keinginannya itu. Akhirnya dia turun dengan bersungut-sungut. Ada sedikit rasa lega bahwa aku ‘lepas’ dari jebakannya.

Sepanjang perjalanan, aku merasa ini adalah pembelajaran buatku agar tidak mencampuri urusan orang lain, meski aku sendiri pernah berkaitan dengan orang tersebut.

Ini juga pelajaran agar tidak usah menemui orang yang sok, merasa high dan kasar. Bisa jadi dia ini memang bukan polisi atau tentara. Masak iya, seorang aparat memasang foto-foto telanjangnya bahkan video seksnya di situsnya.

OK, andai kami ada di kantor polisi, apa dia juga tidak kena pelanggaran UU ITE dengan tuduhan menyebarkan hal-hal berbau porno. Aku semakin yakin, dia ini adalah tentara/ polisi palsu.

FYUH, aku sedang apes.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar